Rabu, 25 Agustus 2010

Nilai Aplinet Mahasiswa Baru 2010

Nilai Aplinet 2010 Tgl 16 Agustus 2010 Lab Komputer B Shift 2 bisa di download di sini..
Silahkan melihat-lihat....

Sabtu, 07 Agustus 2010


Kamis, 20 Agustus 2009

matematika...????



Kata matematika sudah tidak asing di telinga kita kan..???
Namun apa sih yang di sebut matematika..???
matematika sering kali dianggap sebagai ilmu berhitung atau yang berhubungan dengan angka. Tapi sebenarnya definisi matematika tidaklah sesempit itu, memang pada dasarnya anak akan memperoleh pelajaran aritmatika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dll) agar dapat mempermudah marerka untuk tahap berikutnya..
Namun, andaikan saja setelah anak memperoleh koonsep-konsep tertentu lalu mampu membuatnya lebih mudah atau mampu mengembangkan ilmu pengetahuannya pasti dapat mempermudah anak memahami konsep selanjutnya.
Sebagaimana halnya musik bukan sekadar bernyanyi, matematika bukan sekadar berhitung atau berkutat dengan rumus dan angka-angka. Matematika menuntut pula kemampuan berpikir eksploratif dan kreatif. Karena itu, berbeda dengan Cerdas Cermat atau Cepat Tepat yang hanya menanyakan soal-soal berhitung dalam waktu yang amat singkat.
Sungguh amat menyedihkan! Mengapa Diajarkan Banyak orang mengatakan bahwa matematika itu berguna, diperlukan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, serta terpakai dalam berbagai bidang ilmu dan teknologi. Karena itu anak-anak kita di sekolah harus bisa berhitung, menyelesaikan persamaan, menggambar grafik, menghitung integral dan sebagainya. Semuanya harus diajarkan, termasuk logika, statistik dan teori graf. Pokoknya jangan sampai ada yang terlewatkan! Namun kita rupanya lupa bahwa matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih tumbuh subur hingga kini. Tidak mungkin bisa semaunya kita ajarkan kepada siswa di sekolah. Bahkan, seorang doktor matematika yang paling jenius pun takkan pernah dapat menguasai seluruh materi matematika.
Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah (problem solving). Karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada di sekitar kita. Tentu dengan memperhatikan Usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa. Untuk siswa sekolah dasar misalnya, matematika sebaiknya diajarkan sambil bermain (konkret), jangan langsung memperkenalkan simbol dan aturan macam-macam (abstrak). Terilhami oleh pengalaman seorang teman, saya bereksperimen dengan seorang keponakan saya yang masih berusia empat tahun. Saya hadapkan ia kepada dua kumpulan kelereng. Yang pertama terdiri dari dua butir kelereng, yang kedua empat butir kelereng. Saya bertanya kepada dia: ''Mana yang lebih banyak?''. Dengan cepat ia menunjuk ke arah kumpulan yang kedua. Lalu saya lanjutkan, supaya sama banyaknya, apa yang harus dilakukan? Saya berharap bahwa ia akan mengambil dua kelereng yang bertebaran di sekitarnya lalu menambahkan ke kumpulan yang pertama. Ternyata, ia mengambil dua butir kelereng dari kumpulan yang kedua, sehingga banyaknya kelereng yang tersisa tinggal dua butir, sama dengan banyaknya kelereng pada kumpulan pertama!
Apa yang dapat kita petik dari contoh sederhana tersebut? Pertama, tanpa mengenal simbol dan aturan macam-macam, seorang anak berusia sekitar 4 tahun pun dapat bermatematika. Kedua, banyak persoalan di sekitar kita yang dapat kita pakai untuk mengajarkan matematika kepada anak-anak kita. Ketiga, suatu masalah kadang mempunyai banyak pemecahan. Kemampuan berpikir alternatif dan eksploratif, yang sesungguhnya amat melekat dengan matematika yang dapat ditumbuhkan melalui persoalan semacam itu.